Pendidikan Seks Untuk Remaja

Pendidikan Seks Untuk Remaja

Tabu gak sih, apabila saat ini kita belajar masalah sex? Itulah pertanyaan yang sering menjadi kendala kita untuk mengetahui dan belajar masalah seksualitas. Padahal kalau kita pahami, sex merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus sejak seorang bayi lahir sampai meninggal. Sebuah proses yang memperlihatkan hubungan yang erat antara aspek fisik (sistem reproduksi) dengan aspek psikis dan sosial yang muncul dalam bentuk perilaku, serta merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.




Akan tetapi, saat ini pemahaman akan sex telah mengalami pereduksian makna, seksualitas disempitkan hanya pada aspek fisik saja, yaitu hubungan seks. Akibatnya seksualitas menjadi permasalahan yang tabu dibicarakan terutama di lingkungan keluarga. Seksualitas cenderung tidak diakui sebagai sesuatu yang alamiah dan hanya sah dibicarakan dalam lembaga perkawinan.

Situasi ini sangat mempengaruhi perkembangan seksualitas remaja yang sedang berada pada puncaknya. Di satu sisi remaja berada pada masa gejolak seks yang besar disisi lain mereka diharuskan mampu menguasai gejolak tersebut tanpa tahu bagaimana cara mengelolanya.

Dari sejumlah penelitian, diusia remaja seseorang akan dihadapkan dengan permasalahan sex yang cukup berat. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, kehamilan tidak diinginkan, orientasi seksual, body image, dan mitos-mitos seks. Permasalahan seperti ini, disebabkan oleh berfungsinya alat reproduksi dan sistem hormonal dengan baik, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa ingin tahu seorang remaja akan permasalahan sex. Tapi sayangnya, rasaingin tahu mereka(remaja,red) justru disalurkan pada hal-hal yang negatif, seperti mencari informasi dari sumber-sumber pomografi, dan lalu mempraktekkan dengan diri sendiri, pacar, teman, atau orang lain.

Oleh karena itu, remaja perlu diperkenalkan akan pendidikan seks yang benar dan sehat melalui konseling-konseling yang tersedia. Dengan demikian, remaja dapat memahami bahwa seksualitas bukan hanya secara fisik saja, tapi juga dibentuk dari bimensi lainnya (psikis dan sosial), dimana idealnya ke 3 dimensi tersebut berada dalam kondisi yang sehat. Sehingga dalam cita-citanya, memungkinkan munculnya remaja yang bertanggung jawab yaitu remaja yang berperilaku seksual sehat



Share this:

Disqus Comments